Sejenak dengarkan kembali lagu-lagu perjuangan yang membangkitkan gelora patriotisme kebangsaan. Untuk sementara waktu renungkan kembali perjuangan pahlawan-pahlawan bangsa mempertaruhkan jiwa dan raga mereka. Hanya sebentar saja coba ingatkan kembali akan kekayaan nan melimpah tanah air Indonesia. Maka tidakkah terbesit walau hanya selintas pikiran betapa mengagumkannya tanah air kita, alangkah berat dan panjangnya perjuangan mereka mempertahanan dan merebut bangsa yang terbentang dari sabang hingga marauke, duhai indahnya bait syair yang mereka untaikan untuk menghargai semangat dan gelora jiwa mereka. Jadi apa yang sudah kita perbuat hingga detik ini dalam menjaga, meneruskan, meningkatkan tonggak estafet yang saat ini berada diatas pundak kita.
Indonesia, negara yang kaya akan sumber daya alam dan manusia. Disana terbentang ribuan kekayaan alam dari tanahnya yang subur, dan lautnya yang makmur. Memberikan penghidupan dan kesejahteraan. Disana juga berdiri jutaan manusia dari berbagai macam suku, budaya, dan agama. Dengan keberagaman bersama mewujudkan kehidupan yang harmonis dan serasi. Indonesia benar-benar negara yang unik dan berbeda dengan negara manapun di dunia. Maka apakah kita siap memegang amanah yang telah Tuhan anugrahkan pada bangsa kita? Kita katakan “YA” jika kebersamaan menjadi pondasi dalam membangun Indonesia menuju kegemilangan.
“Indonesia tanah air beta-Pusaka abadi nan jaya-Indonesia sejak dulu kala-Selalu dipuja-puja bangsa-Disana tempat lahir beta-Dibuai dibesarkan bunda...” Begitu syahdunya meresapi lantunan nada yang dirangkai menjadi sebuah melodi yang indah. Terasa membangkitkan semangat yang telah hilang dalam jiwa untuk melihat masa depan bangsa. Kita, rakyat Indonesia seharusnya mendengar rintihan dan tangisan ibu pertiwi yang begitu lirih didengar telinga. Ibu pertiwi menangis menyaksikan harapan bangsanya mengeruk limpahan karunia Tuhan dengan rakusnya. Lirih mendengar anak bangsanya saling berebut tampuk kekuasaan negri. Sedih dengan banyaknya darah yang tertumpah akibat perbedaan yang ada. Tidakkah nurani kita tergerak menyadari begitu kompleksnya permasalahan negri ini.
“Menuju Peradaban Gemilang”. Bukan hanya sebuah mimpi. Tapi cita-cita bersama anak bangsa dalam menyemai kembali mimpi-mimpi indah yang sempat kita lupakan. Tidakkah sebuah pemandangan dengan saling merangkulnya semua perbedaan terasa sejuk di mata. Berbeda dalam kebersamaan bukan berarti kita mengakui bahwa perbedaan yang ada itu berada pada garis yang sejajar. Tapi melapangkan hati dengan masing-masing keyakinan dalam diri sebagai representasi Indonesia yang sekali lagi telah Tuhan anugrahkan dalam kehidupan kita.
Pembicaraan hangat tentang sebuah peradaban yang gemilang harus senantiasa kita jadikan sarana pemantik api semangat dalam jiwa. Tidak ada kata untuk terlambat. Jangan sisakan ruang kosong dalam hati untuk melihat negri ini semakin terpuruk. Kobarkan gelora yang menyala hingga kita juga mampu menggerakkan mereka yang cahaya dirinya mulai redup akan bangkitnya Tanah Air yang kita cintai ini. Biarkan aura semangatmu mengalir deras dan dirasakan oleh mereka yang mulai kehilangan harapan bahwa Indonesia bisa berdiri kembali. Mulailah beraksi bersama mereka yang sehati dan sepikiran dalam perjuangan. Hiraukan segala sindiran, cemoohan dan apapun itu yang membuat langkahmu menjadi goyah. Jadikan semuanya sebagai cambuk dan letupan semangat hingga mereka yang dahulunya menganggapmu rendah menjadi tinggi di mata mereka. Semua teruntuk bangsa yang kita cintai, Indonesia. Bekerjalah karena Tuhan tidak akan menutup matanya melihat kita. Bukankah setiap kebaikan juga akan dibalas oleh kebaikan. Bahkan sekedar berniat saja telah Tuhan apresiasi sebagai ladang pahala buat kita. Lantas mengapa masih ragu berjuang demi terwujudnya peradaban yang gemilang di Tanah Indonesia.
Jika dahulu Ir. Soekarno, Bung Hatta, serta para penggores sejarah kemerdekaan bangsa berhenti berjuang karena begitu beratnya pengorbanan yang mereka lakukan. Merelakan diri berada di penjara hingga bertahun-tahun lamanya, hingga Pangeran Diponegoro harus diasingkan oleh penjajah karena tekadnya yang kuat untuk Islam bisa berdiri di tanah jawa. Menghembuskan nafas dalam perasingan. Tapi beliau mampu melahirkan generasi yang meneruskan perjuangannya. Jika saja, dan mungkin itu sempat terbesit dalam benak mereka untuk berhenti berjuang, apa jadinya Indonesia saat ini. Andai saja mereka menghentikan langkah dan ayunan tangan, tentu Indonesia bukan seperti yang kita lihat sekarang ini.
Jadi masihkah kita ragu untuk meneruskan segenap perjuangan yang telah mereka kobarkan. Anak bangsa, seberapa berat pengorbanan yang telah kita torehkan hingga detik ini. Pernahkah terbayang bagaimana perjuangan dahulu lebih berat jika dibanding hari ini. Lantas masihkah kita duduk berpangku tangan dan hanya menyaksikan saja.
Sudah saatnya kita bangkit. Benar, jangan menunggu saja. Jangan biarkan mereka bekerja sendiri. Tuhan tidak akan menurunkan rahmatnya jika kita hanya diam dan menunggu anugrah dari langit. Mari kita kejar rahmat Tuhan dengan berjuang dan mempersiapkan diri pada sebuah episode perjuangan menuju peradaban Indonesia yang gemilang. Tuhan tidak akan merubah nasib bangsa kita, Indonesia jika kita tidak merubah apa yang ada pada diri kita. Benahi diri kita wahai anak bangsa. Seberkas cahaya sedang menanti tunas-tunas bangsa untuk tumbuh menjadi pribadi yang unggul. Mencapai anugrah yang telah Tuhan janjikan pada hamba-Nya yang berusaha. Untuk peradaban Indonesia yang gemilang kita berjuang memperbaiki bangsa.
Wahai anak bangsa bangkitlah... Bangkitlah... Hingga dengan perjuangan dan anugrah Tuhan, kita akan tersenyum saat melihat jutaan anak bangsa lainnya sedang berjuang meneruskan perjuangan kita hari ini. Hingga peradaban yang gemilang tidak saja menjadi sebuah mimpi tapi telah menjadi sebuah kenyataan meski saat itu kita telah berjumpa dengan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Untuk peradaban Indonesia yang gemilang...