3 in 2

By Ahmad Alfajar - 21.07

Ada yang ngerti maksudnya??? Sempat bingung juga mau ngasih judul apa untuk postingan kali ini. Karena gak nemukan bahasa dan kata-kata yang keren ya jadinya seperti itu. 3 in 2. Maksudnya ada tiga peristiwa yang kuanggap cukup menarik dan penting yang terjadi selama dua minggu ini. Ada yang senang juga ada yang sedih.


Yang pertama adalah hal yang menarik dan baru bagiku. Ialah menjadi team maket. Bagi seorang anak arsitek ini bukan perkara asing lagi. Setiap musim TA atau tugas akhir maka senior-senior pastilah menyewa jasa mahasiswa dibawahnya untuk membuat maket sebagai salah satu syarat kelulusan. Maka berbondong-bondonglah teman-temanku untuk membuat team maket. Selama ini aku sama sekali tidak tertarik untuk bergabung. Selain karena harus begadang siang-malam tentu karena ini cukup menyita waktu meski hanya beberapa hari.

Dan kemarin aku dapat tawaran dari Mas Jovi angkatan 2008 untuk bergabung dalam team maketnya. Tentunya aku menerimanya karena kapan lagi dapat tawaran seperti ini. Meski sebelumnya juga pernah beberapa kali aku dapat ajakan dari teman-teman angkatanku. Selain aku beberapa lagi adalah teman-teman dari angkatan 2011 yang itu juga mentee-menteeku. Ada Ismail, Nuthqy, Arif, Azi, Adul, Habib, dan Ringga. Jadilah kami the dream team. Cie ileh gayanya kagak nahan. Pake the dream team lagi. Emang tukang laundry pake the dream team. Eh, salah ya. Maksudnya team favorit.

Selama kurang lebih 6 hari kami berkutat dengan penggaris, pensil, cutter dan benda-benda keramat arsitek lainnya. Yang menarik adalah hampir tiap malam sembari ngerjain maket kami mendengar tausiyah dari Ust. Yusuf Mansur melalui laptop tentunya dan yang bukan lagi ditanyakan adalah berapa jam kami tidur. Biasanya mata ini baru terpejam sekitar pukul dua atau tiga pagi bahkan hanya bisa istirahat 20 menit sebelum shalat shubuh. Yah, namanya anak arsitek. Apa boleh buat.

Tapi ya kalau dilhat, didengar, dan dirasa ini menjadi pengalaman yang sangat menarik dan endingnya berakhir dengan indah. Ya sepertinya sudah bisa ditebak apa ya...


Yang kedua bahkan lebih menarik lagi. Ada yang tahu. Oke to the point wae. Pergi ke acara walimahannya senior. Emang segitu menariknya. Belum tahu berarti ya. Bagi mereka yang memegang prinsip pacaran setelah menikah pasti bisa merasakan apa yang kurasakan. Ada desiran halus yang menyelinap masuk tanpa izin saat melihat sepasang manusia telah disucikan dan diikatkan dalam ikatan yang halal yaitu pernikahan. Maka bagi mereka ada perasaan rindu untuk meminang bidadari dunia melalui jalan yang disyariatkan. Bagi mereka adalah kesabaran untuk menanti masa untuk menyempurnakan separuh agamanya. Maka kesabaran mereka bak gunung yang berdiri kokoh meski diterpa badai sekencang apapun.


Dua insan yang disatukan itu adalah Mas Heri Irawan dan Mbak Yastika. Satu hal yang membuat saya pribadi merasa berbeda adalah karena kedekatan secara personal dengan Mas Heri. Selain karena pernah satu organisasi juga karena diskusi ringan yang kadang kami lakukan. Saat tahu beliau akan menikah tentu aku juga merasakan kebahagiaan.


Ada tangisan yang tertahan dan hati bermekaran. Apalagi saat kubayangkan saat pengantin laki-laki mengucapkan ijab kabul. Subhananllah begitu indahnya islam memberi aturan hidup kepada manusia. Saya terima nikahnya fulanah binti fulan dengan seperangkat dst... Kata-kata yang akan menjadi pintu menuju hidup yang baru. Membuka dunia yang telah lama tersingkap dalam batas kesabaran dan penantian panjang. Hingga Allah menakdirkan untuk bertemu menjalin kasih sayang menuju keridhoan-Nya.


Duhai jikalau mereka merasakan indahnya pacaran setelah menikah (padahal yang nulis aja belum nikah) tentu mereka akan langsung memutuskan untuk berhenti pacaran (apa iya). Mungkin ada postingan khusus kali ya untuk ini. Insya Allahlah kapan-kapan akan nulis tentang hal itu. Lanjut gan...


Terakhir yang ketiga adalah peristiwa yang menjadi pengingat dalam hidup. Ialah kematian. Karena beberapa hari yang lalu ayah salah seorang temanku Azmi Satria Wicaksono meninggal dunia. Maka tentu aku bersama-sama teman-teman yang lain ngelayat kerumahnya. Ya Allah disana aku terbayang bagaimana kalau yang meninggal itu ayahku atau ibuku atau bahkan diriku. Apakah kita sudah siap untuk menyambut kematian yang tiada perlu diundang karena ianya pun akan datang dengan sendirinya tanpa kita tahu.


Ya Allah hambu-Mu ini belum menjadi manusia yang bisa membahagiakan orangtuanya ya Allah. Ada impian terbesarku saat ini bagi mereka. Yaitu menghajikan keduanya menuju baitullah. Menuju rumah Allah. Tempat yang dirindukan oleh hati-hati perindu surga. Inilah yang menjadi impianku. Mungkin bukan cuma aku tentu orang lain juga punya impian yang sama.


Mungkin disini bukan tempat terbaik untuk hal ini. Karena Allahlah tempat kita mencurahkan segala isi hati. Allahlah yang mendengar kita punya do'a... Sekali lagi kematian adalah pintu gerbang menuju alam yang lain. Maka tebarkan kebaikan, beramal sholehlah, dan laksanakanlah kewajiban kita sebagai hamba Allah dengan penuh keikhlasan.


Semoga kerinduan terbesar kita untuk memandang Allah yang menjadi muara tempatnya kasih sayang yang tercurahkan dan keindahan bisa diridhoinya serta duduk berdampingan dengan Penghulu para Nabi dan Rasul, yaitu Rasulullah saw... Amin, Ya Rabbal'alamin...

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar