UKHUWAH INI UNTUKKU, UNTUKMU, DAN UNTUK KITA

By Ahmad Alfajar - 22.24



Tulisan ini dibuat oleh seorang teman :
Reza Dwi Utomo

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran: 103).

Ah, ukhuwah. Ukhuwah ini bagaikan ketika engkau mereguk anggur tanpa engkau merasakan mabuk.Atau seperti ketika engkau merasakan indahnya sungai yang tenang dengan aliran susunya.Ataupun seperti engkau menatap bidadari-bidadari surga yang telah disediakan Allah kepada para kekasih-Nya. Ah, sungguh indahnya ukhuwah itu.

Ukhuwah ini tiada batasan untuknya. Biarkan ia melewati batas-batas denyut nadi yang mengalir deras dalam tubuhmu. Biarkan ia meresap ke lubuk hatimu yang paling dalam. Jadikan ia sebagai bagian dari langkah-langkah yang engkau jejakkan di muka bumi ini. Jadikan ia sebagai bagian cinta dan kasih sayang Rasulullah SAW dan shahabat-shahabat—radhiyallahu anhum—terbaiknya.Karena ukhuwah itu semata-mata hanyalah untuk Allah.

Izinkan saya sedikit bercerita tentang makna sebuah persaudaraan.Ini sebuah cerita dari tanah Kurdistan. Kisah seorang anak Raja bernama Said. Said ini sungguh suka sekali mendengarkan cerita-cerita tentang kisah perjuangan para tentara Allah dari ayahnya. Tetapi ia tidak suka saat ia sedang asik-asiknya mendengar cerita, ada seorang pengawal yang mendatangi ayahnya. Ayahnya tahu betul perasaan tidak senang anaknya ini. Lantas Raja pun meminta anaknya untuk mencari seorang teman sejati yang akan selalu mendampinginya. Seorang sahabat yang akan selalu mencintainya karena Allah. Seorang sahabat yang akan selalu mengingatkan dalam kebaikan.

Said pun mengiyakan permintaan ayahnya. Satu per satu anak-anak dari kalangan bangsawan diundangnya.Ia mengajaknya untuk datang ke jamuan di kediaman Said. Sengaja Said memperlama hidangan untuk tamunya. Sengaja ia ingin mengetes seberapa jauh tingkat kesabaran tamu undangannya tersebut. Tak ayal, banyak dari para tamu undangan itu yang tidak tahan dengan hal tersebut.Kemarahan dan makian adalah hal-hal biasa yang keluar dari lisan mereka.


Diantara teman anak raja itu, ada seorang bernama Adil. Adil sama seperti lainnya menerima jamuan dari Said. Berlama-lama Adil menunggu hingga hidangan datang.Setelah dirasa cukup menunggu, Said membawakan tiga buah telur rebus.Melihat itu, Adil berkata keras, “Hanya ini sarapan kita? Ini tidak cukup mengisi perutku!”.Adil tidak mau menyentuh telur itu. Dia pergi begitu saja meniggalkan Said sendirian. Said pun terdiam.

Di hari berikutnya Said mengundang anak bangsawan yang lain. Dan tentu saja, ia sangat senang dengan undangan tersebut. Bahkan ia rela dan sengaja tidak makan pada malam harinya dengan harapan agar perutnya dapat menampung banyak makanan dari jamuan itu. Sama seperti biasanya, tamu undangan ini menunggu lama jamuan dari Said.Akhirnya, Said keluar dengan membawa tiga buah telur. Setelah mantap ia letakkan telur itu di meja, ia kembali lagi ke dapur dengan alasan ingin mengambil minuman. Tanpa menunggu lagi, anak saudagar itu langsung malahap satu persatu telur itu.Tidak lama kemudian, Said keluar membawa dua gelas air putih.Dia melihat ke arah meja ternyata tiga telur itu telah lenyap.Ia kaget.Tamu undangan itu melahap semua telur tanpa tersisa.Ia tak bisa merasakan rasa kebersamaan. Ia tidak bisa menanggung suka dan duka bersama, karena sebenarnya Said pun belum makan. Said merasa jengkel kapada anak-anak di sekitar istana.Mereka semua mementingkan diri sendiri.Tidak setia kawan.Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama.Akhirnya, Said meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.


Dimulailah perjalanan Said untuk menemukan sahabat sejati di luar sana. Ia berkeliling ke hutan, sawah, ladang untuk menemukan sahabat yang bisa dijadikan teman masuk Surga. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan anak seorang pencari kayu yang berpakaian sederhana. Anak itu sedang memanggul kayu. Said memerhatikannya diam-diam. Ia ikuti anak itu hingga ke rumahnya. Terlihat jelas gubuk tua dari kayu.Terlihat bahwa anak itu adalah anak orang miskin, tetapi dari binar matanya menampakkan tatapan kecerdasan dan kelembutan hati.
Anak itu mengambil air wudhu, lalu shalat dua rakaat.Said memerhatikannya dari balik rumput pepohonan.Selesai salat, Said datang dan menyapa, “Kawan, kenalkan namaku Said.Kalau boleh tahu, namamu siapa? Kautadi shalat apa?”

“Namaku Abdullah. Tadi itu shalat dhuha.”Jawab anak itu sekenanya.Lalu, Said meminta anak itu agar bersedia bermain dengannya dan menjadi temannya.Namun, Abdullah menjawab, “Kukira kita tidak cocok menjadi teman.Kau anak orang kaya, malah mungkin anakbangsawan.Sedangkan aku, anak miskin.Anak seorang pencari kayu bakar.”

Said menyahut, “Tidak baik kau mengatakan begitu.Mengapa kau membeda-bedakan orang?Kita semua adalahhamba Allah. Semuanya sama, hanya takwa yang membuat orang mulia di sisi Allah. Apa aku kelihatan seperti anakyang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku? Kau nanti bisa menilai, apakah aku cocok atau tidak menjadi temanmu.”

Akhirnya Abdullah mengiyakan permintaan Said. Sejak hari itu mereka berdua berteman.Bermain bersama, berkeliling hutan mengeksplorasi hal-hal baru.Abdullah mengajari banyak hal kepada Said, berenang, menggunakan panah, memanjat pohon di hutan, dan masih banyak lagi. Hal tersebut membuat hati Said gembira. Ia memiliki teman yang baik hati, ramah, dan lapang dada. Ia pun kembali ke istana dengan hati riang.

Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya.Anak pencari kayu itu langsung mengajaknya makandi gubuknya.Dalam hati, Said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang makan, dia telah diundang makan.Disana mereka makan seadanya, sepotong, roti, garam, dan air putih.Dan Said pun makan dengan lahapnya.

Setelah selesai makan, Said mengucap hamdalah dan tersenyum.Lalu mereka melanjutkan bermain.Mereka kembali menerobos ke dalam hutan.Mencari ilmu di dalam rimba.Siapa sangka ternyata rimba pun dapat menyediakan hal-hal mendasar yang dibutuhkan manusia?
Puas mereka bermain hingga matahari hampir condong ke barat.Tak terasa waktu bergulir begitu cepat.Said ingin berpamitan dengan Abdullah. Tidak lupa Said mengundang Abdullah untuk datang ke jamuan makan di rumahnya besok. Lalu ia memberinya secarik kertas, memberitahukan Abdullah untuk menunjukan kertas tersebut kepada tentara di kota.

Keesokan harinya anak pencari kayu itu pun datang ke istana. Tak disangkanya bahwa Said adalah anak Raja. Sempat keraguan datang mengusik hatinya. Namun jika ia mengingat kerendah-hatian Said selama ini, dia beranikan melangkah masuk ke dalam istana.
Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira.Said sangat senang temannya itu mau datang ke kediamannya. Sama seperti ujian Said kepada anak-anak Raja sebelumnya, ia pun memperlama tiba hidangan makanan. Ia membiarkan temannya itu menunggu lama sekali. Tetapi, anak pencari kayu ini telah terbiasa lapar, ia telah menjadikan puasa sebagai bagian dari kehidupannya. Bahkan ia pun pernah tidak makan apapun selama tiga hari.

Beberapa lama kemudian, tiga telur rebus dihidangkan.Said mempersilahkan temannya untuk memulai makan.Anak pencarikayu bakar itu mengambil satu. Lalu, ia mengupas kulitnya pelan-pelan. Sementara Said mengupas dengan cepat dansegera menyantapnya. Lalu dengan sengaja Said mengambil yang ketiga, mengupasnya dengan cepat dan melahapnya.Temannya selesai mengupas telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebutir telur itu,apakah akan dimakannya sendiri atau?

Anak miskin itu mengambil pisau yang ada di dekatnya. Lalu, ia membelah telur itu menjadi dua. Yang satu ia pegang dan yang satunya lagi ia berikan kepada Said. Tidak ayal lagi, Said menangis terharu.Lalu Said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya berkata.“Engkau teman sejatiku! Engkauteman sejatiku! Engkau temanku masuk surga.”

Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat dengan sangat akrab.Persahabatan mereka melebihi saudara kandung.Mereka saling mencintai dan saling menghormati karena Allah swt.Karena kekuatan cinta itu mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajar dan bergurukepada para ulama yang tersebar di Turki, di Syiria, di Irak, di Mesir dan di Yaman.Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuh dewasa.Raja yang adil, ayah Said meninggal dunia.Akhirnya, Said diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya.Menteri yang pertama kali dia pilih adalah Abdullah,anak pencari kayu itu.Abdullah pun benar-benar menjadi teman seperjuangan dan penasihat raja yang tiada duanya.Meskipun telah menjadi raja dan menteri, keduanya masih sering malakukan shalat tahajud dan membaca Al-Quranbersama.Kecerdasaan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur, dan jaya. (Dikutip dari sebuah karya Habiburrahman El Shirazy)

Tahukah kawan kenikmatan yang paling didambakan pada diri setiap muslim? Yaitu mereka dapat bercinta dengan orang-orang yang mereka cintai di jannah-Nya.Walaupun amalan kita tak pernah bisa menyaingi amalan Rasulullah SAW dan para shahabat utama, insya Allah kita masih diperkenankan untuk bersama mereka kelak di jannah-Nya.

Ini adalah sebuah persaudaraan yang bukan didasarkan nasab atau pun pertalian darah.Bukan pula persaudaraan yang didasarkan oleh ikatan persusuan. Melainkan merupakan persaudaraan yang didasarkan atas dasar aqidah Allah Azza Wa Jalla. Merupakan persaudaraan yang tidak pernah membatasi antar wilayah dan territorial yang kaum Nasionalis fanatik banggakan.Merupakan persaudaraan yang tidak pernah didasarkan oleh perbedaan fisik atau pun warna kulit seperti yang pernah terjadi di Afrika Selatan dengan Politik Apartheid-nya.Inilah persaudaraan terindah yang Rasulullah SAW bangun di kalangan ummatnya.Inilah persaudaraan yang telah mengikat kaum Anshar dengan Muhajirin menjadi satu kesatuan.Inilah persaudaraan yang telah membuat kaum Anshar rela berbagi banyak hal untuk saudara Muhajirin mereka.Maka adakah persaudaraan yang lebih indah dan terbukti daripada persaudaraan yang diperintahkan oleh Allah SWT, Rabb semesta alam ini?



  • Share:

You Might Also Like

0 komentar