Remaja dan Internet

By Ahmad Alfajar - 21.23

Dahulu dunia begitu luas terasa. Kita bayangkan dari Indonesia ke negara-negara dunia lainnya jaraknya begitu jauh di ufuk mata. Jangankan untuk melihat, membayangkan saja kita sulit. Kini, jarak yang begitu jauh menjadi dekat. Tidak ada lagi penghalang bagi kita untuk mengetahui apa yang ingin kita tahu. Cukup klik, sudah. Keluar apa yang kita cari. Apa yang membuat ini menjadi mungkin kita lakukan?

Internet. Siapa yang sekarang ini tidak kenal dengan dunia maya tersebut. Hampir semua lapisan masyarakat tanpa pandang status dan usia tahu akan hal ini. Silahkan tanya mulai dari anak-anak yang masih duduk di Taman Kanak-Kanak sampai dengan orangtua yang duduk di bangku goyang. Silahkan ditanya. Makanya kita akan menemukan di sebuah iklan yang membuat slogan “Internet Untuk Rakyat”. Karena memang internet seolah-olah sudah menjadi kebutuhan bagi Rakyat Indonesia. Anak-anak TK akan cari tahu tentang cara menyikat gigi yang benar dan orang-orang tua akan cari tahu dimana bisa dibeli itu gigi palsu. Apalagi kalau kita bicara tentang anak muda. Masa-masa yang penuh dengan keingintahuan, satu periode dimana mereka dalam proses pencarian jati diri. Intinya masa muda adalah masa yang berapi-api begitu kurang lebih kata Bang H. Rhoma Irama.



Satu hal yang perlu kita perhatikan dalam hal seorang remaja, yaitu keinginan untuk dikenal, ingin merasa diperhatikan, kecendrungan untuk eksis. Inilah yang biasanya ada pada diri seorang remaja. Lantas apa hubungannya dengan internet? Bukannya mereka tidak ada hubungan darah dan sepersusuan? Benar. So what? Internet telah membuka jendela dunia hingga terbentang luas bagi remaja untuk dikenal dan mengeksiskan diri mereka. Makanya akan banyak kita temukan jejaring sosial yang menghubungkan pertemanan bukan saja lintas antar kota antar provinsi tapi sudah lintas negara. Bagaimana tidak hebat itu internet. Ini yang banyak dimanfaatkan remaja untuk menyalurkan keinginan pada diri mereka. Internet menjadi fasilitasi dari perasaan yang ingin mereka salurkan. Apakah ini salah? Tidak. Yang salah ketika memang digunakan untuk hal yang salah. Internet seperti sebuah pisau. Saat dipegang oleh orang yang benar makanya ia akan digunakan untuk memotong masakan misalnya. Tapi jika diberikan oleh orang yang salah ia akan dimanfaatkan untuk hal yang tidak benar. Jadi penggunaan internet bagi remaja bisa benar juga bisa salah. Tinggal bagaimana adanya pemahaman yang benar kepada remaja.

Banyak sudah berita di media elektronik dan media massa yang menginformasikan terjadinya kriminalisasi lewat suatu jejaring sosial. Juga banyak kita temukan terjadinya kasus asusila karena pengaruh yang mereka dapatkan lewat internet. Salah satu alasan berawal dari hasrat mereka untuk mencari pertemanan dan mulai merasa ingin diperhatikan. Jangan salahkan remaja yang memang pada masa itu membutuhkan perhatian, juga jangan mengkambing hitamkan internet yang menjadi alasan terjadi hal tersebut. Kita belajar dan mengamati mengapa ini bisa terjadi.

Diawal dikatakan bahwa mereka ingin merasa diperhatikan. Ketika senang mereka mengekspresikan kesenangan mereka melalui internet juga sama halnya ketika mereka bersedih. Mencoba untuk mensharekan perasaan mereka agar didengar, diketahui, dan membuat orang lain memperhatikan mereka. Sekali lagi, apakah ini salah? Tidak. Tidak ada yang salah. Eksis dengan internet boleh, tapi dalam batas normal. Tinggal bagaimana cara yang tepat untuk memberi kepahaman akan hal ini kepada mereka tanpa mereka merasa disalahkan dan disudutkan? Inilah tugas kita bersama.

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Sebuah kelebihan jika dimaksimalkan akan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Begini juga halnya dengan keinginan para remaja untuk memperkenalkan diri mereka pada dunia. Yang harus kita temukan adalah formula bagaimana agar potensi ini bisa digarap hingga memunculkan banyak kelebihan tanpa harus kita menyampingkan kekurangannya. Seorang motivator berkata, berfokuslah pada hal-hal yang baik dan pada kelebihan yang Anda miliki maka Anda akan melihat yang buruk pada diri Anda akan tidak lagi diperhatikan. Ini yang seharusnya kita lakukan. Mengarahkan keinginan mereka pada hal-hal yang positif.

Biasanya salah satu cara yang para remaja lakukan dalam mengeksiskan diri mereka adalah dengan menulis dan menshare photo-photo yang mencitrakan diri mereka. Dari sini kita berangkat untuk menjadikan dua hal diatas sebagai ladang penggali potensi diri. Bagaimana caranya? Bukankah lomba-lomba yang bersifat menulis dan kompetisi photo merupakan salah satu metodenya. Tinggal temanya yang perlu kita arahkan agar secara tidak langsung mereka juga belajar pada apa yang direncanakan dari awal terwujud. Semisal mengambil tema pengaruh internet bagi kalangan remaja atau tema lainnya yang bersifat membangun. Dengan ini mereka juga merasa tidak digurui dan disudutkan secara langsung. Masih banyak memang metode-metode yang bisa diterapkan. Intinya kita harus peka pada lingkungan sekitar atas apa yang terjadi pada dunia remaja saat ini. Agar cita-cita kita bersama dalam membentuk karakter remaja menjadi agent of change dan social control dapat terwujud.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar