Pemikiran Mahasiswa Dalam Bingkai Tulisan

By Ahmad Alfajar - 00.23

Photobucket
Mahasiswa dikenal sebagai agent of change dan social control dalam masyarakat. Sebuah peran yang memang patut diberikan kepada mereka. Terbukti banyak literature sejarah yang telah membuktikan bagaimana mahasiswa mampu memegang peranan penting dalam negeri ini. Maka akan anda temukan bagaimana peran mahasiswa dalam mendorong proklamasi kemerdekaan Indonesia, akan anda jumpai campur tangan kaum intelektul muda ini dalam menggulingkan orde lama dan baru yang telah merugikan rakyat Indonesia. Lalu apakah peran agent of change dan social control masih dipegang dengan baik oleh mahasiswa saat ini? Sebuah pertanyaan bagi mereka yang mengaku menyandang nama mahasiswa.

Peran Mahasiswa

Dalam menjalankan perannya sebagai agent of change dan social control, mahasiswa dapat melakukan berbagai tindakan yang dapat berpengaruh pada perubahan meskipun itu kecil. Setidaknya ada tiga macam tindakan yang dapat mereka lakukan, yaitu mengisi pembangunan, melakukan social control terhadap kebijakan pemerintah, dan melakukan pengabdian pada masyarakat.

Tiga tindakan diatas merupakan manifestasi dari dua peran mahasiswa dalam membangun peradaban bangsa yang lebih baik. Namun masih ada satu langkah nyata yang sekarang mulai hilang dalam jiwa intelektual muda ini. Sebuah langkah yang pernah dilakukan oleh salah seorang mahasiswa pada masa orde lama dalam memperjuangkan kebenaran dan keyakinan yang dipegangnya. Mahasiswa yang memegang teguh idealisme kebenaran, keadilan, juga tentang kemanusiaan negeri ini. Soe Hook Gie, begitu nama mahasiswa tersebut. Jika anda pernah menyaksikan film yang berkisah tentang dirinya, akan anda dapati bagaimana ia menuangkan semua pemikirannya melalui tulisan-tulisan yang dimuat dimedia massa, yaitu koran. Hingga tulisan-tulisan tersebut dapat membangkitkan semangat perjuangan mahasiswa lainnya.



Hanya saja saat ini mahasiswa mulai kehilangan jiwa berpikir dan menulis. Hingga yang sering kita jumpai dan baca di media massa hanyalah aksi demo yang terus menerus mereka lakukan. Seringkah kita jumpai tulisan di koran-koran yang memuat pemikiran mahasiswa terhadap suatu masalah negeri ini? Seolah-olah kaum intelektul muda ini malas untuk berpikir dan lebih memilih aksi. Tidak salah memang. Hanya saja harus ada langkah lain dalam menanggapi problema bangsa yang memiliki beribu-ribu pulau ini.

Padahal menulis sebuah opini atau pemikiran tentang suatu masalah di media massa seperti koran, akan menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan dan kualitas diri. Mengapa? Saat akan menulis, hal pertama yang harus dilakukan oleh semua orang adalah menemukan masalah yang akan dijadikan subjeknya. Setelah itu, mereka akan mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi yang mereka anggap baik. Jika demikian, tidakkah dengan menulis seseorang akan bertambah pengetahuan dirinya dan membentuk sebuah karakter diri. Bandingkan dengan aksi yang semua orang pasti bisa melakukannya. Tidak dengan menulis. Karena menulis tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Karena sebuah goresan tinta hanya bisa dilakukan dengan pemikiran yang cerdas dan cemerlang. Begitulah kekuatan sebuah tulisan karena dari sebuah kekuatan pemikiran akan melahirkan kekuatan-kekuatan lainnya.

Apalagi mahasiswa dalam masyarakat merupakan elemen penting yang dapat berperan sebagai pelopor, penyambung, penyeimbang, dan penggagas antara elemen yang berada dibawah (rakyat miskin dll) dan yang berada diatas (para penguasa). Dengan potensi yang ada sudah seharusnya mahasiswa mulai menapaki kembali dunia yang memerlukan ide-ide dan pemikiran-pemikiran yang tertuang dalam sebuah tulisan di koran. Mengapa harus di koran?

Koran adalah media massa yang terbit secara harian dan dibaca oleh semua elemen masyarakat, mulai dari tukang becak saat makan di warung makan hingga kaum atas yang memang berlangganan secara bulanan. Maka tidak salah jika koran menjadi media yang sangat cocok untuk menampilkan tulisan berupa opini-opini dari masyarakat. Sayangnya, yang senantiasa mengisi opini ini adalah para pendidik dan pengamat dalam suatu bidang. Mahasiswa masih belum mampu mengeluarkan opini-opini yang dianggap baik dan layak untuk dipublish di masyarakat. Memang butuh waktu. Tapi kemauan untuk berani beropini di koran harus ditanamkan mulai dari sekarang. Kita tidak mengenal kata terlambat. Keberanian untuk mencoba tanpa rasa takut adalah kunci untuk menumbuhkan kembali potensi mahasiswa yang sekarang mulai pudar ini.

Inilah yang menjadi tugas terbesar mahasiswa. Bagaimana mereka mulai menuangkan ide-ide dan opini yang mereka miliki dalam sebuah tulisan di koran. Hingga dari goresan tangan kaum intelektual muda ini akan lahir spirit baru dalam tubuh rakyat Indonesia menuju sebuah kehidupan yang lebih baik. Semua akan berjalan saat mahasiswa mulai sadar betapa pentingnya peran dan posisi mereka di masyarakat. Tiada perjuangan tanpa pengorbanan dan tiada pengorbanan tanpa ada kemauan. Saat kita berkata bisa maka yakinilah bahwa kita pasti bisa.

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar