Wil I Go?

By Ahmad Alfajar - 01.11

G' nyangka akhirnya aku akan pergi meninggalkan semua kenanganku di tanah rencong ini, Riau. Walau ini kuhadapi dengan berat hati namun ketegaran dan ketenangan harus aku tanamkan didalam diriku ini. Memang meninggalkan semua momentum-momentun hidupku selama ini begitu berat kurasakn. Bayangkan saja selama lebih dari 18 tahun aku dididik dan dibina sejak lahir hingga sekarang dan dirasa mampu untuk hidup mandiri aku patut bersedih jika mengingat itu semua. Terkadang aku merenung dan berpikir sendiri dibawah jutaan bintang di angkasa ditemani sebuah bulan yang begitu indah ku pandangi. Merenung tentang hidup yang harus kujalani. Apakah Allah memang sudah menggariskan hidupku seperti ini. Jauh sebelum ini aku merasa mampu untuk menghadapi semua. Tapi seiring waktu berjalan ketidaksanggupan mulai menghantui diri dan jiwaku. Mengapa ini bisa terjadi?

Mungkin semua orang juga akan merasakan bagaimana jika sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan disukai jika harus ditinggalkan terasa begitu sakit tuk ditinggalkan. Namun sekali lagi inilah hidup. Hidup tak akan menunggu kita untuk bersenang-senang pada satu kondisi. Kita harus menatap masa depan yang sudah menanti dan pasti akan datang terhadap semua manusia. Sekarang tergantung kepada setiap kondisi pribadi masing-masing

Andai semua bisa kembali aku pasti menginginkan suatu titik dimana aku selalu bergembira tanpa dibayangi perasaan dan pikiran yang biasa menjadi beban.Tapi itu takkan mungkin terjadi pastinya. Jadi yang harus dilakukan agar aku tidak terlarut dalam kesedihan ini adalah dengan selalu mengingat-Nya walau aku ini sering melanggar segala perintah-nya. Namun tak ada salahnya jika manusia itu selalu belajar dari kesalahan tanpa harus mengulangi kesalahan yang sama.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar